A. TUBUH
1. Relaksasi
![]() |
Olah tubuh |
Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan
dengan cara menerima keberadaan dirinya. Relaksasi bukan berarti berada dalam
keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh
aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di dalam kelas, dalam latihan,
di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat
penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang
tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan
seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol
faktor-faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik.
Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari
seorang performer.
Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun
yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat
merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah merespon
sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek
fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata
lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam
mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai
kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan
utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor
harus dapat mengontrol tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan
alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor yang cakap
adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien.
2. Ekspresi
Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama
untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si
aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan
yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respon terhadap segala sesuatu.
Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi,
konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh
yang seimbang) seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.
Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini
untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi
nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada
bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada
binatang sekalipun.
3. Gesture
Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau
reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang selanjutnya mengalir
keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh,
gerak, postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam
bentuk kata-kata atau bunyi).
4. Gestikulasi
Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar
manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan perangkat inderanya.
Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi
maupun reaksi di kehidupan sehari-hari.
5. Olah Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik
sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan
delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara
berkesinambungan.
Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata
merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar
lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun
bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena,
akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog
yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.
6. Olah Tubuh
Warming-Up atau pemanasan sebaiknya
menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari
organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk
mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.
Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai
pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari
pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan actor cirebon
dengan masres (sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari
topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari
tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,.
Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and
Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan
tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua
kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan
Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan,
mengalami ketegangan urat.
Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada
Emosi bagi pemeran yang sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa
Organ suara maka se-orang yang mampunyai suara baik menjadi parau bahkan bisa
kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan
seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku.
Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam
cara latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan
dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari Inter Akting
(Gerakan Dalam).
Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah
setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk memperoleh actor yang enak
dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, Berbagai
jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomime,
Tata Rias.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama,
CV Rosda, Bandung.
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ,
Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module
Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta,
2005.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar